Minggu, 19 Agustus 2012

Nona Sushi (short story)

“Yup! Selesai! Ini sudah sempurna sekali untuk sekotak sushi. Bahkan, restoran-restoran jepang yang mahal pun pasti akan membutuhkan waktu yang amat lama untuk belajar membuat sushi seperti yang ada ditanganku sekarang.”
 Jessie tersenyum-senyum pada dirinya sendiri. Memandangi sekotak makan sushi ditangannya. Tepatnya, sushi yang ia buat sendiri sejak pagi buta tadi. Jessie memasukan kotak makan ungunya itu kedalam tasnya.

“Jessie? Kamu belum berangkat? Ini sudah hampir jam setengah delapan, bagaimana jika kamu telat?” Kelakar seorang wanita paruh baya yang muncul dihadapannya.

“Ibu serius?” Jessie melirik arlojinya. “Astaga! Sepuluh menit lagi masuk, aku bisa terlambat!” lanjut Jessie, mimik wajahnya mulai terlihat cemas. Ia langsung berlari dan memakai sepatunya kilat.

“Aku berangkat buu!” Ucap Jessie kemudian pergi setelah mengecup pipi Ibundanya.

***

“Pak pleassse! Telatnyakan hanya lima menit. Ayolah pakkk!” Mohon Jessie memelas pada satpam sekolahnya. Yups, pintu gerbang sudah ditutup sejak lima menit sebelum Jessie sampai di sekolahnya.

“Tidak bisa. Pulang saja kamu.”

“Yaampun apa pak joko setega itu sama Jessie? Membiarkan Jessie ga ngikutin jam pelajaran hari ini hingga jessie ketinggalan banyak materi? Jessie tau pak joko ga sejahat ini, pak joko baik. Jessie tau banget pak joko.” Jessie berceloteh dengan nada memelas disertai puppyface-nya. Pak Joko—Satpam sekolah, nampak terdiam.
Sepertinya jurus andalan Jessie berhasil.
“Yaudahdeh, kayaknya aku ga bisa dapet pelajaran hari ini. Jessie bolos aja deh..” Ucap Jessie lesu. Ia memutar sepedanya membelakangi sekolah beserta Pak Joko yang masih bimbang—berperang pikiran dan perasaan.
          Jessie mulai berjalan pelan menuntun sepedanya menjauhi gerbang sekolah. Ekor matanya mencoba melirik kearah Pak Joko. Ayolah! Ayolah berhasil! Bagaimana nasib sushi ka Justin yang sempurna ini—Teriak Jessie dalam hati.
          Pada akhirnya, mata Jessie berbinar ketika mendengar suara gesekan roda pintu gerbang dibelakangnya. Yess—Sahut hatinya girang. Jessie menoleh kebelakangnya.

“Masuklah, jika lain kali kau terlambat lagi..jangan pernah berikan wajah itu dan suara memohon itu padaku.” Ucap Pak Joko lesu.
“Siap bos! Thank you so much, Pak Joko yang baik hati dan rupawan!” jessie menuntun sepedanya melewati gerbang sekolah.
“Ya ya ya, sudah sana masuk ke kelasmu.” Jawab Pak Joko tanpa ekspresi. Jessie terkekeh geli dan langsung berjalan cepat memasuki kelasnya setelah memarkirkan sepedanya.
***
“Good luck, Jessie! Justin menunggumu!” Teriak Febby—sahabat Jessie pada gadis yang tengah berjalan sambil mengatur nafasnya se-relax mungkin mendekati sebuah kelas.

Optimis! Optimis! Optimis!!—Batin Jessie berkobar. Ia tersenyum lebar—menampakkan kedua lesung pipinya, amat manis.
          Tidak lama kemudian seseorang yang ia nanti-nantikan kini sudah keluar dari kelas tersebut. Senyum diwajah Jessie makin lebar. Entah mengapa, degup jantung yang sudah ia atur semaksimal mungkin sebelum pria itu keluar sekarang hancur. Aliran darahnya berdesir hebat. Ia menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghempasnya.

“Ka Justinnn!” Panggil Jessie cempreng. Justin yang baru saja hendak mulai membaca kata-kata pada buku ditangannya menoleh kearah utara, pria itu menghela nafas pelan. Ia menutup buku ditangannya seraya menegakkan badannya yang sempat bersandar pada dinding kelas.

“Kaa, terima sushiku ini yaa?”
"Kau lagi kau lagi. Kau seharusnya tak usah berbuat hal seperti ini padaku, tidak penting dan takkan pernah ku terima." Balas Justin tak acuh. Ke-dua mata Jessie yang tadinya berbinar kini agak melemas mendengar jawaban Pria idamannya atas Sushi special buatannya saat akan berangkat sekolah tadi pagi. Tapi, ternyata pria ini tak mau menerima hasil jasanya yang merelakan untuk mencoba bangun lebih awalHanya untuk menyiapkan itu semua.

“Kakak ga suka sushi ya? Sushi sehat lho! Banyak vitaminnya juga, seperti vitamin B12, vitamin B2, dan sushi itu juga mengandung protein yang tinggi loh kak! Makanya, kakak rugi kalau menolak pemberianku ini.”Celoteh Jessie menjelaskan dengan baik dan tepatnya. Alis pria ini terangkat satu mendengar ocehan Jessie. “Tidak mau, aku tidak suka Sushi.”Tolak Pria itu lagi. Tangan Jessie mencekal pergelangan tangan Pria itu saat ia akan memasuki kelasnya. 


                  Hari ini, Aku harus bisa memberikan Sushi ini padanya. Batin Jessie keukeuh. “Ini, di jamin sushi buatanku beda dari yang lain. Kan, ini special buat Kak Justin.” Ucap Jessie centil. Ia menarik tangan pria ituJustin. Kemudian meletakkan kotak makan berisi Sushi itu di atas telapak tangan Justin. Seketika itu juga, Jessie langsung berlari meninggalkan Justin tanpa menunggu ucapan apapun darinya.

“He..Hey!”Pekik Justin teredam karena Jessie sudah berlalu dari penglihatannya. Untuk ke-sekian kalinya ia mendengus melihat tingkah Gadis ini. Ia memperhatikan kotak makan yang Jessie berikan
Sekaligus yang selalu di tolaknya setiap pagi. Tiba-tiba tersungging senyum kecil di sudut bibirnya. Justin membawa kotak makan itu ikut masuk ke dalam kelasnya.

“Dia menerimanya?Wah, kau memang pantang menyerah Jess! Aku salut padamu.”Tanggap Febby di sertai tepukan tangan kecil untuk Jessie –Febby adalah teman sekelas Jessie + Teman sebangku Jessie. Jessie tersenyum bangga. “Tapi, apa kamu yakin dia akan memakan Sushi mu? Atau nanti Justin justru membuangnya? Dia kan ga suka Sushi.”Sambung Febby tiba-tiba. Senyum Jessie pudar, berganti menjadi mimic bingungnya. Benar juga apa yang Febby katakan
Pikir Jessie.

***


“Iya,ya?Haduh, sayang sekali Sushi yang sudah ku buat dan ku rancang se-Indah mungkin…..Nantinya akan berakhir di tempat sampah.” Ucap Jessie lesu. Ia meletakkan kepalanya diatas meja dengan wajah pasrah-nya. Febby mengelus punggung Jessie lembut.


“Tapi, bisa saja Justin memakan sushi itu. Karena dia tau, itu special…Amat special darimu, Jess!” Febby tersenyum menyemangati. Saat itu pula Jessie menegakkan badannya
Ikut tersenyum mendengar ucapan sahabat satunya ini. “Ke kantin yuk! Kali aja ketemu Ka Justin.”Seru Febby bangkit dari duduknya. Tanpa pikir panjang Jessie ikut bangkit dengan wajah senang.

                  Jessie dan Febby memesan makan dan minuman di kantin. “Sini,Sini! Disini aja, jadi kan aku bisa mandangin Justin yang ada di meja depan kita!”Bisik Jessie seraya menarik-narik seragam Febby tak sabaran. Sambil mendengus pelan mereka pun duduk di kursi yang berada di belakang tempat Justin dan teman-temannya dengan meletakkan makanan mereka di atas meja. Tak hentinya Jessie mencuri pandang pada Justin yang sedang bergurau bersama teman-temannya itu. Hingga, manik Justin akhirnya bertemu dengan mata Hazel Jessie yang sedari tadi memperhatikannya sendu.


                  Sontak Jessie langsung gugup saat menerima balasan tatapan Justin
Walau sesungguhnya ia senang. Jessie jadi tidak bisa diam, sampai tanpa sengaja ia menumpahkan gelas minumannya. “Ya ampun, Jessie! Kamu liat-liat dong, itu kan ada minuman di sebelahmu.” Febby menggelengkan kepalanya pelan.

“A-e aku ga sengaja, Feb. “Ucapnya kemudian menyapu air minumannya yang tumpah dengan tissue yang tersedia di atas meja makan. Ternyata dibalik akibat kecerobohan Jessie tadi
Justin memperhatikan tingkah Jessie sejak accident kecil tadi. Ia tertawa kecil dalam hatinya, bahkan terlihat pada sunggingan senyum manis di bibirnya.

                  Saat bel pulang sekolah berdering, Jessie adalah siswi pertama yang beranjak dari kelas. Ia berjalan cepat mendekati sebuah kelas yang hampir setiap hari ia kunjungi, hanya untuk satu tujuan
Bertemu Pria itu. Jessie menyandarkan badannya pada dinding sisi kanan pintu kelas 12-AKelas Justin. Sesekali ia memainkan kuku jemarinya juga melirik ke dalam kelas dari kaca jendela. Di saat itu pula, Justin melihatnya sesaat kemudian kembali fokus pada kegiatan belajarnya yang hampir usai.

                  Tak lama kelas 12-A bubar. Dengan semangat tinggi Jessie menantikan pria itu di penglihatannya. “Kakak!”Seru Jessie saat melihat pria tampan berambut cokelat keemasan mencuat dari balik pintu. Jessie menjulurkan telapaknya. Justin terlihat bingung, namun dalam pikirannya ia sudah tahu maksud Jessie.
“Apa?”
“Kotak makanku. Masa kakak lupa?Tadi kan aku kasih kakak.” Jessie masih mengadahkan tangannya Menunggu Justin memberikan benda yang ia maksud. 
“Sudah ku buang”Balas Justin santai namun cukup membuat ke-dua mata Jessie terbelalak.

“Kakak!!Kenapa kakak buang?Aku kan udah buat cape-cape! Kakak ga hargain aku banget sih! Nyebelin!”Gerutu Jessie marah dan langsung beranjak pergi. Sepertinya ia marah sekali. Justin masih terdiam di tempatnya beberapa saat dengan ke-dua mata memandang punggung Jessie yang semakin lama makin menjauh hingga menghilang dari pandangannya.

                  Semenjak kejadian saat itu. Sikap Jessie menjadi berubah pada Justin beberapa hari ini. Ia tidak se-riang itu saat bertemu Justin. Bahkan yang tadinya suka menyapa Justin jika bertemu—Sekarang hanya untuk tersenyum pun Jessie tak mau.


                   Jessie dan Febby berjalan bersama sesekali bercanda. “Tunggu sebentar. Aku mau benerin tali sepatu dulu.”Ujar Jessie. Febby pun berjalan lebih dulu, karena ia sadar dimana ia berada—Di tengah lapangan. Saat Jessie berdiri tegap, tiba-tiba sebuah bola basket meluncur tepat membentur kepalanya. Seketika Jessie terjatuh pingsan.


“Jessie!”Pekik Justin saat melihat gadis yang terjatuh di lapangan beberapa detik lalu.

                    Tanpa berpikir lagi ia menghampiri Jessie yang tak sadarkan diri, membawanya ke Ruang Kesehatan Sekolah. Justin membaringkan Jessie di atas sebuah kasur. Ia mengambil minyak angin—Mendekatkannya pada hidung Jessie. Ia belum juga terbangun. Akhirnya Justin memutuskan untuk menunggunya hingga tersadar dengan merelakan jam main basketnya.


                     Saat ini Justin dapat memandangi Jessie dengan leluasa. Saat itulah ia tersadar satu hal—Jessie adalah gadis yang manis. Perlahan jemari Justin mengelus pipi putih nan mulus Jessie. Justin selalu senyum-senyum memandang setiap lekuk wajah Jessie. Hingga ibu jarinya menyentuh bibir mungil merah merona Jessie. Entah dorongan apa Justin mendekatkan wajahnya ke wajah Jessie. Tak menunggu lama bibir Justin sudah menempel pada bibir mungil Jessie.

“Aw..aw” Ringis Jessie tiba-tiba. Sontak, Justin membenarkan posisi duduknya seperti semula. Jessie belum sepenuhnya sadar, matanya belum terbuka penuh. “Aku kenapa? Aku dimana? Aw.” Jessie mencoba melihat ke sekelilingnya lebih jelas. Nampak wajah Justin yang sedang tersenyum padanya. “Ngh, Aku sedang mimpi ya?” Ucap Jessie ngawur memandangi Justin. Ia tertawa kecil melihat gadis ini. Seperdetik kemudian mimic Jessie berubah.

“Kok kakak ada deket aku? Kakak ngapain sama aku? Kakak ga ngapa-ngapain akukan?Atau jangan-jangan…”Jessie melirik kebawah kemudian menghela nafas panjang saat mengetahui pakaiannya masih melekat di tubuhnya.

“Masih banyak wanita yang badannya lebih berbentuk, tidak rata sepertimu.” Ketus Justin. Jessy mencibir mendengar ucapan Pria itu. “Kok aku bisa ada sama kakak?”Tanya Jessie heran.


“Tadi kau pingsan” Jawab Justin singkat. Jessie Cuma mengangguk-anggukan kepalanya. Ia merubah posisinya menjadi duduk di kasur tempatnya sekarang itu. Suasana menjadi hening seketika. Justin tak hentinya memandangi wajah Jessie—membuatnya gugup. Pipinya pun sudah merah merona karena malu. “Kau ternyata cantik ya” Lirih Justin tanpa sadar. Kontan Jessie menoleh ke arah Justin.


“Apa? Tadi kakak bilang apa?” Tanya Jessie penasaran. Walau samar-samar ia agak mendengar, namun ia ingin mendengar lebih jelas. “Kau cantik” Ulang Justin dengan kata yang berbeda. Lagi-lagi Jessie hanya menunduk tersipu malu.


“Jess?” Panggil Justin meraih dagu Jessie –Menatapnya lekat. Lama-kelamaan wajah Justin makin mendekat. Secara otomatis, aliran darah gadis itu berdesir hebat. Jessie tak tau harus melakukan apa saat ini. Hingga Jessie makin tak bisa berkutik saat Justin memegang kedua pipi Jessie dengan tangannya dan semakin mendekatkan wajahnya.


***


“Masuk! Kau mau kotak makanmu balik tidak?” Seru Justin membukakan pintu mobilnya untuk Jessie. Nampak keraguan di wajah Jessie, karena saat itu Justin mengatakan bahwa ia telah membuang Kotak makannya ke tempat sampah. Tapi pada akhirnya ia pun memasuki mobil BMW Toledo Z4 Convertible milik Justin disusul Justin yang duduk di kursi kemudi. Mobil ini melaju cepat menelusuri kota Atlanta yang Nampak sejuk di senja hari.

                  Beberapa menit kemudian Justin menghentikan mobilnya disisi taman yang di kunjungi beberapa orang diantaranya anak kecil dan sepasang kekasih. Justin mengambil sesuatu dalam mobilnya kemudian menarik tangan Jessie memasuki area taman itu. Justin menghentikan langkahnya di depan sebuah danau. Mereka duduk di hadapan danau berhiasi bunga-bunga teratai.


“Jadi, mana kotak makanku?Kenapa kakak ga balikin?Mama aku nanyain tau!”Gerutu Jessie saat melihat Justin memegang kotak makannya. “Nih!”Justin menyodorkan kotak makan berwarna ungu itu pada Jessie. Terasa aneh ketika Jessie menerima kotak makannya itu—Berat. Tanpa pikir panjang ia menge-cek apa yang ada di dalamnya.


                   Jessie langsung terperangah melihat apa yang ada di dalamnya. Kumpulan sushi berbentuk cinta dengan hiasan tiga macam warna. Jessie terkagum-kagum melihat isi kotak makannya. “Indah sekali, Cantik.” Puji Jessie menyentuh sushi-sushi itu dengan telunjuknya.

“Aku mencoba membuat itu selama beberapa hari, dan pada akhirnya…Justin Bieber bisa membuat Sushi Spesialnya Untuk Si Nona Sushi.”Ucap Justin tersenyum. Jessie menutup kotak makannya. 
“Makasih Kak”

“Itu ga gratis lho! Kau harus membayarnya.” Justin tersenyum sinis. Ke-dua alis Jessie menyatu. Bayar? Batin Jessie bertanya-tanya. “Bayar berapa?” Tanya Jessie polos.


“Bukan membayar dengan uang. Tidak sulit, hanya jika kau mau menjadi pacarku dan membawakanku sekotak sushi untukku saat kita kencan. Karena, aku suka Sushi buatanmu.”Jawab Justin dengan senyum manisnya tanpa melihat ke arah Jessie yang kini tercengang mendengar ucapan Justin.


                 Lelaki yang ia idam-idamkan selama ini, Memintanya untuk menjadi kekasihnya? Seperti mimpi, Seorang Justin Bieber yang merupakan Kapten basket inginkan Jessie Velly Lauren yang mempunyai sifat dan sikap bawel, tulalit, polos menjadi kekasihnya? Bahkan Jessie pun tak percaya dengan surprise Amazing yang menghampirinya kini.


“Hey? Nona Sushi? Kau mau tidak?”


“A-a…Iya.”Jawab Jessie tersipu. Justin tak bicara apapun. Di raihnya kotak makan Jessie—Membukanya. Justin memegang kedua sumpit kemudian memakan Sushi itu lahap. “Eh Eh? Itu kan Sushi untukku! Kenapa kau makan! Kembalikan!”Seru Jessie mencoba merebut Kotak makannya, namun tidak mudah karena Justin memunggungi Jessie dengan satu tangan menghalanginya untuk bisa merebut kotak makannya itu.


“Hahaha...Baik. Baik. Kita habiskan ini bersama!”Ucap Justin di selingi tawa kecil, ia berbalik badan. Jessie mengembungkan pipinya dengan bibir yang mengerucut. Melihat itu tawa Justin makin meledak. “Ahh, dasar anak kecil. Gitu aja ngambek!”Ledek Justin.


“Aish, Aku bukan anak kecil! Aku ini sudah 15 tahun tauuu!!”


THE END...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar